Bisnis yang Mengorbankan Akhirat untuk Kepentingan Dunia - Apa yang paling penting di dalam benak kita? Menunjukkan seberapa
jauh pandangan kita arahkan, bisa bersifat jangka pendek, jangka
panjang atau jangka panjang sekali (akhirat). Sebagai seorang Muslim,
kita akan senantiasa mengaitkan segala aktivitasnya dengan kehidupan
akhirat artinya berorientasi jangka panjang sekali. Maknanya dalam
mengejar berbagai kenikmatan hidup di dunia kita tidak boleh sampai
menggadaikan kehidupan akhirat kelak.
Allah SWT memaklumi manusia yang selalu diliputi rasa ingin akan
kedudukannya, harta benda, anak-anak, wanita dan berbagai kesenangan.
Namun Allah SWT juga mengingatkan bahwa tempat kembali yang terbaik
adalah surga di akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam QS Ali Imran
{3}:14
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diinginkan yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Namun sayangnya banyak sekali di antara pengusaha karena sikap pragmatisnya memilih melanggar syariat Islam demi mendapat kesenangan hidup di dunia. Apakah hal ini pilihan yang bijak?
Makna Kesuksesan
Sukses di dunia bukan berarti harus mengorbankan akhirat, karena
logikanya jika berorientasi pada tujuan jangka panjang maka tujuan
jangka pendek akan ikut tercapai. Jika jangka panjang sekali tercapai
maka tujuan jangka panjang dan jangka pendek akan tercapai juga.
Sebaliknya jika kita berorientasi jangka pendek maka tujuan jangka
panjang apalagi jangka panjang sekali tidak akan diraih. Pilihan yang
bijaksana tentunya berorientasi jangka panjang dan panjang sekali. Jadi
benarlah pandangan Islam yang menjadikan ridha Allah SWT sebagai
orientasi hidup seorang Muslim, sedangkan ridha Allah SWT tidak akan
diraih kecuali dengan menjalankan aturan Islam.
Bisnis yang Merugi
Dari pandangan tersebut maka bisnis yang merugi itu bukanlah bisnis
yang membuat kita rugi secara materi, tetapi bisnis yang mengorbankan
akhirat hanya untuk mendapatkan keuntungan di dunia saja.
Bisnis model seperti ini hakikatnya adalah model bisnis yang menjual
akhirat untuk keuntungan dunia, mengejar tujuan jangka pendek dengan
mengorbankan tujuan jangka panjang dan jangka panjang sekali.
Nash-nash Alquran menjelaskan bahwa Allah SWT menginginkan manusia
mengutamakan kehidupan akhiratnya dan mempertukarkannya dengan amal-amal
shalih di kehidupan di dunia. Dengan kata lain kita menjual dunia kita
untuk kepentingan akhirat. caranya, dengan memperhatikan betul setiap
langkah kita di dunia agar selalu sejalan dengan perintah dan
laranganNya agar Allah SWT mau membelinya dan menukarkannnya dengan
surga.
Surga itu mahal harganya. Kenikmatannya tak tertandingi. Siapa yang
mau masuk surga maka –pada dasarnya- harus membelinya dengan sesuatu
yang paling berharga yang dimilikinya.
Rasulullah SAW bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga." (HR. Al-Tirmidzi).
Bisnis yang Mengorbankan Akhirat untuk Kepentingan Duni
Manusia Bodoh
Manusia bodoh adalah mereka yang menjual akhiratnya untuk kepentingan
dunia yang sementara. Mereka sedikit bersyukur dan tidak takut berbuat
maksiat. Mereka tidak pernah cinta kepada Allah, dan tidak pernah berusaha untuk ber-taqarrub (dekat) dengan-Nya.
Akhir-akhir ini banyak kalangan pengusaha yang memilih menjadi
orang-orang bodoh. Berkali-kali diberitakan pengusaha yang tertangkap
karena menyuap pejabat untuk mendapatkan proyek atau menjadi perantara
bagi politisi untuk mendapatkan proyek pemerintah dengan cara tidak
benar. Memuluskan seseorang dalam sengketa pilkada dengan menyuap hakim
dan lain sebagainya.
Kedudukan dunia yang ingin diraih oleh orang lain didukung oleh
pengusaha-pengusaha bodoh ini. Orang-orang seperti ini lebih celaka lagi
karena ia sebenarnya sedang menjual akhiratnya demi keuntungan dunia
orang lain.
Ada baiknya kita menyimak nasehat dari Umar bin Abdul Azis r.a
sebagai berikut. Ketika waktu dhuha Umar bin Abdul Aziz duduk bersama
beberapa orang yang gemar mendengarkan nasihat-nasihatnya.
Umar berkata mengajarkan dan mendidik mereka: “Sebutkan kepadaku
orang yang paling bodoh di antara manusia?” Mereka menjawab, “Seseorang
yang menjual akhirat untuk dunianya”. Umar bin Abdul Aziz berkata
tetapi kesedihan terpancar dari raut wajahnya, “Maukah saya beritahukan
orang yang lebih bodoh lagi darinya?” Mereka menjawab, “Ya”
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Seseorang yang menjual akhiratnya untuk dunia orang lain”.
Bisnis yang Mengorbankan Akhirat untuk Kepentingan Duni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar